Minggu, 26 Januari 2014

Udang Goreng Ajaib...



Hai teman-teman pagi ini saya mau berkisah lagi. Seperti biasanya kegiatan saya setiap pagi adalah bersih-bersih rumah. Yah mau ngapain lagi kalo gak ngurusin rumah. Maklumlah nasib pengangguran bahagia ya kerjanya kayak gini tiap pagi. Susah emang sih kadang-kadang suka nyesek juga kalo ada yang nanya-nanya “uda lulus ya kuliahnya??’ atau “sekarang kerja dimana??” . Susah emang yaa jadi sarjana pengangguran yang kerjanya cuma nyapu rumah tiap hari apalagi belum bersuami (makanya ini lagi ikhtiar nyari calon suami…lho???). Baiklah saya tidak akan membahas tentang nasib pengangguran saya tapi saya akan mendongeng tentang hobi saya yang suka bereksperimen didapur alias masak-masak.


Yap..teman-teman saya hobi masak. Meskipun saya bukan professional chef tapi setidaknya saya bisa menanak nasi dan goreng telur hehehe. Saya suka mencoba menu-menu yang saya dapat dari hasil googling, sampe saya punya 1 folder resep di laptop saya. Ngomongin soal masak yang selalu jadi bagian icip-icip masakan saya adalah adek saya tercinta. Ya…setiap sabtu dia selalu bawa bekal ke sekolah karena ada acara makan bersama disekolahnya. Dan pasti dia mau saya yang masak, karena kalo si emak yang masak kotak bekalnya sudah bisa ditebak isinya adalah mie goreng dan telur ceplok. Betapa malangnya dia dulu pas saya belum dirumah bekalnya tiap sabtu Cuma mie goreng dan telur ceplok. Jadi setiap sabtu saya selalu memutar otak tuh kotak bekal mau diisi pake apa.


Hari sabtu kemarin mulailah sehabis subuh saya “bermain” di dapur. Pas buka kulkas yang saya lihat ada udang, jagung,tepung panir,tepung serbaguna (ex : sajiku dkk),telur dan bumbu dapur. Mulailah otak saya bertanya “mau di masak apa udangnya??” dan saya putuskan buat masak udang goreng. Setelah saya baca mantra “bim sala bim jadi apa?prook..prook…” jadilah udang goreng dan tumis jagung mengisi kotak bekal adek saya. Dan berangkatlah dia ke sekolah dengan menu beracun itu hahaha


Sepulang sekolah saya Tanya “habis nggak bekalnya??” adek “habis mbak..tadi tak kasihkan temanku satu udangnya kasian bekalnya Cuma mie goreng nggak ada lauknya” sambil mengeluarkan kotak bekal dari tasnya. Kalo dari hasil kotak bekal yang kosong itu sepertinya masakan saya tidak beracun, iseng-iseng saya Tanya “enak nggak udang gorengnya??” adek “eenaak….masak lagi lah mbak”. Wah…syukurlah kalo dia suka hasil eksperiman saya. 


Cerita soal udang goreng itu. Saya rasa udang goreng itu ajaib teman-teman. Kenapa?? Ini dia ceritanya. Adek saya itu adalah tipe anak yang kadang susah banget disuruh-suruh saya sering banget cekcok sama dia kalo mau nyuruh dia melakukan sesuatu. Padahal sih sebernya hal yang saya suruh itu sepele seperti nyuruh dia naruh seragamnya kalo habis ganti ditempat gantungan baju, karena kebiasaan dia kalo habis ganti baju suka naruh baju seragamnya sembarangan kadang ditaruh di ruang tamu, di atas kasur, di atas sepeda motor asal jangan di taruh di tempat sampah aja deh ya. Siang kemarin saya suruh dia buat beli saos tomat di toko depan dan sudah dapat dipastikan jawabanya “nggak ah..beli sendiri aja” dengan segala bujuk rayu saya coba menggodanya supaya dia mau. Awalnya tidak berhasil sampai saya bilang “ayolah belikan nanti mbak masakin udang goreng” adek “beneran ya?? Mana uangnya??” akhirnya dia berangkat ke toko beli saos tomat. Dan sorenya saya buatkan dia udang goreng kesukaanya kurang dari 10 menit udang goreng ukuran sedang yang jumlahnya 10 ekor itu habis masuk ke perutnya. Ajaib emang tuh udang goreng bisa membuat adek saya mematuhi perintah saya hahaha


Ada cerita lagi pagi ini soal udang goreng. Setelah bersih-bersih rumah bagian depan saya pun beralih tempat buat bersih-bersih rumah bagian tengah. Dan saya baru ingat hari ini hari minggu dan saya lihat adek saya masih melingkar alias tidur diruang tengah dengan kasur lipat dilantai. Saya coba membangun kan “bayu..bangun uda jam 7 temen-temen mu lho wes pergi maen kamu sek tidur”  dan kalian tau gimana jawabanya?? Ini jawabnya “Hoooaaammzzzz……” matanya melek sedikit dan dia tidur lagi. Haduh bisa adu mulut lagi saya sama dia kalau saya teruskan akhirnya saya lanjutkan saja bersih-bersih ruang tengah dengan dia tetap tidur dilantai. Sampai-sampai saya lipat kasurnya dengan dia ada di dalamnya seperti kue lemper dia masih aja tetep merem. 

Acara bersih-bersih selesai dia baru bangun tapi ya tetep aja di atas kasur sambil nonton film kartun. Emang harus super sabar manghadapi bocah satu ini.  Saya “Bayu…mandi sana lho” dia masih diam mematung sambil nonton film kartun padahal saya bukan hanya sekali menyuruh dia mandi. Dia hanya menganggap omongan saya itu sebagai angin lalu. Susah banget menyuruh anak ini untuk bangun pagi dan mandi. Dari pada saya ribut pagi-pagi saya pun pergi ke dapur untuk masak. Dan saya masak udang goreng kesukaanya. Mungkin karena dia mencium bau-bau wangi dari dapur tanpa saya komando dia meluncur ke kamar mandi. Saya mendengar suara kran berbunyi dari kamar mandi, akhirnya nih anak mau mandi juga. Dengan tubuh masih berbalut handuk keluar dari kamar mandi dia langsung menuju dapur “mbak…minta satu ya…” sambil nyengir dia lari ke kamar buat ganti baju dengan udang goreng di tangannya. Setelah ganti baju bocah berumur 9 tahun itu siap dengan sepiring nasi duduk di meja makan menanti sarapan dengan menu favoritnya. Dan akhirnya pagi ini kami sarapan bersama dengan menu udang goreng. Udang goreng ajaib yang berhasil membuat adek saya mandi tanpa harus disuruh hehehe ^^
pecinta udang goreng....

Rabu, 22 Januari 2014

Hidup Saya Dari Tahu dan Tempe...




Sebelum tidur saya sudah pasang alarm jam 02.55 berharap bisa bangun dan shalat malam. Sesekali alarm itu memang berhasil tapi tak jarang pula saya baru beranjak dari tempat tidur ketika jam 04.00 bertepatan saat adzan subuh. Tapi pagi ini alarm itu berhasil membuat saya bangun sebenarnya ketika alarm itu berbunyi sudah saya matikan dan mata saya berhasil terpejam selama 5 menit tapi tiba- tiba terdengar bunyi “alarm” yang lain yaitu suara ibu saya hehe 

Dalam pikiran saya ada apa ya jam segini ibu bangunin saya?? Dengan segenap kekuatan dan setengah ngantuk akhirnya saya membuka pintu kamar “ada apa bu??” ibu “ayok ikut jualan ke pasar. Mbak eva lagi sakit”. Sebelumnya saya mau cerita dulu nih ibu saya adalah seorang produsen tempe dan tahu jadi setiap hari kerjanya ke pasar jualan dan hari ini mbak eva yang biasa bantuin ibu jualan orangnya lagi sakit jadinya butuh asisten lain yang tak lain dan tak bukan adalah saya. Setelah wudhu dan shalat saya pun siap-siap. Dan jam menunjukkan 03.25 dan akhirnya kami pun berangkat. 

Karena ibu tidak bisa naik motor jadilah saya sekarang yang selalu jadi “sopir” kemanapun ibu pergi. Saat membuka pintu wah…udara dingin sekali tidak ada suara-suara riuh orang-orang beraktivitas seperti ketika matahari telah bersinar terang. Suasana masih gelap bahkan jangkrik masih bernyanyi dengan indah. Dan ketika saya melihat kelangit bahkan bulan dan bintang masih bersinar dengan terang dalam hati saya berkata “Allah saat ini turun ke langit dunia dan saya akan banyak-banyak berdo’a”. Kamipun naik motor berdua menyusuri jalanan yang masih sepi bahkan tak banyak  kendaraan yang berlalu-lalang hanya sesekali saja kami berpapasan dengan kendaraan lain. Rumah-rumah masih tertutup rapat pintu dan jendelanya. Dan dapat dipastikan para penghuninya pasti masih terlelap di bawah selimutnya yang hangat. Ah..begitu nyamanya mereka masih meringkuk diatas tempat tidur yang empuk. Sedangkan kami berdua sudah harus terbangun menembus dinginnya udara pagi untuk mencari sesuap nasi.

Sepanjang perjalanan menuju pasar saya berfikir. Disaat orang-orang masih begitu nyaman berada diatas tempat tidurnya. Disudut rumah kecil kami aktivitas sudah dimulai. Disaat orang-orang masih terbuai indah dalam mimpi-mimpi mereka ibu saya sudah harus bangun untuk menyiapkan barang dagangan yang akan dibawa ke pasar dan semua itu dimulai jam 02.00. Tanpa pernah mengeluh, tanpa pernah mengatakan “saya masih ngantuk dan lelah” ibu saya selalu bangun ketika orang-orang lain masih tidur. Bahkan tak jarang ketika saya bangun ibu saya sudah tidak ada ditempat tidurnya karena sudah berangkat ke pasar. Sepanjang perjalanan sesekali saya menguap dan munculah sebuah kata-kata “saya ngantuk” tapi saya berfikir kembali saya hanya sesekali membantu ibu jualan dan tidak setiap hari rasanya sudah kayak gini harus menahan kantuk dan dinginya udara pagi. Sedangkan ibu saya menjalani ini setiap hari tanpa mengeluh sedikitpun dan ibu menjalani ini selama hampir 20 tahun. Hangatnya selimut dan nyamanya kasur ibu korbankan demi menghidupi keluarga kami. 
 
Ketika sampai dipasar riuh suara para pedagang dan pembeli yang bertransaksi. Jalan-jalan penuh sesak dengan orang-orang ikhtiar menjemput ryzki. Mulai dari pedagang sayur, buah, ayam sampai nasi pecel semua berjajar rapi disepanjang jalan sampai halaman pasar. Ternyata disini ibu saya tidak sendiri. Banyak orang yang juga mengorbankan hangatnya selimut demi sesuap nasi. Dan dimulailah saya dan ibu ikut dalam aktivitas pasar pagi hari itu. Banyaknya pembeli kadang membuat saya sedikit kualahan maklumlah saya masih belum semahir ibu saya yang begitu cepat dalam melayani pembeli. Kebanyakan pembeli itu memang sudah menjadi langganan tetap ibu. Sampai ibu sudah hafal dengan nama-nama mereka dan berapa jumlah tahu dan tempe yang biasa mereka beli bahkan sampai sepeda motornya pun ibu saya hafal.  Karena memang biasanya langganan ibu itu adalah pedagang sayur keliling yang nantinya akan menjual kembali tahu dan tempe yang mereka beli dari ibu saya.

Dalam aktivitas perdagangan pastilah kadang ada pembeli yang menyebalkan. Dan itu yang saya temui kadang ada juga pembeli yang yang menyenangkan dimana mereka mengucapkan “terima kasih” setiap kali selesai dilayani. Ah..pagi ini saya bertemu banyak orang dengan banyak karakter. Dan ibu saya menemui orang-orang itu setiap hari. Sejenak aktivitas terhenti untuk shalat subuh. Sayapun shalat dimusholla pasar dan tak lupa saya berdo’a “semoga Allah melimpahkan ryzki yang barakah pagi ini”. Usai shalat aktivitas berlanjut makin banyak pembeli yang berdatangan hingga tak jarang beberapa dari mereka antri untuk dilayani. Ketika hari sudah mulai terang tak terasa 2 box besar yang awalnya terisi penuh oleh tempe sudah kosong dan timba-timba yang awalnya berisi penuh tahu kini sudah tak bersisa kecuali hanya airnya saja. Dan jam menunjukkan pukul 06.30 semua barang dagangan sudah habis tak bersisa. Dan saat yang paling ditunggu-tunggu pun tiba yaitu menghitung uang yang diperoleh. Alhamdulillah…syukur kepada Allah atas ryzki hari ini.

Dan akhirnya kamipun pulang dengan wajah bahagia karena barang dagangan hari ini habis. Saya benar-benar mengambil banyak pelajaran hari ini bahwa mencari uang itu tidaklah mudah. Saya bersyukur memiliki ibu yang hebat. Begitulah aktivitas yang ibu saya lakukan setiap hari demi kami anak-anaknya. Tidak pernah mengeluh meskipun saya sebenarnya juga tau bahwa ibu saya pasti juga ingin tetap berada ditempat tidur saat orang lain juga tidur. Setiap pagi merasakan dinginya udara pagi demi sesuap nasi. Menahan rasa kantuk demi anak-anaknya agar tetap bisa sekolah. Saya tidak pernah malu mempunyai seorang ibu yang “hanya” penjual tahu dan tempe. Karena memang dari sanalah keluarga kecil kami tetap bertahan hidup sekalipun bapak sudah tidak ada. Karena dari sananalah saya dan kakak saya bisa sama seperti anak-anak yang lain bisa merasakan bangku kuliah. Dari aktivitas pagi itu ketika orang lain terlelap kami terjaga dan ketika orang lain mulai terjaga kami telah kembali kerumah dengan ryzki yang telah Allah berikan….

 
Keluarga penjual tempe hehe..^^

Minggu, 19 Januari 2014

Bagaimana dengan masa kecilmu..??





               
                Pagi ini ketika saya bangun dan shalat subuh ada sesuatu yang berbeda ketika saya melihat tempat tidur adik saya. Ya saya melihat dia sudah tidak ada ditempat ternyamanya itu. Dan saya baru ingat kalau hari ini adalah hari minggu. Sedari sore kemarin dia sudah sibuk dengan sepedanya untuk di hias  dengan kertas kreb. Yah meskipun sebenarnya tangan jahilnya lebih banyak “ngerecokin” daro pada bantuin menghias sepedanya. Sesekali dia selalu komentar kurang ini kurang itu atas hasil karya saya dan ibu. Sampai akhirnya menjelang magrib pun acara hias-menghias sepeda itupun selesai dengan sukses. Dan sepeda gunung itupun berubah warna dengan warna hijau muda dan putih lengkap dengan rumbai-rumbai dan balon. Kalau kalian tinggal dikampung pasti kalian akan tau kenapa sepeda-sepeda itu dihias. Sepeda-sepeda itu dihias untuk diarak keliling kampung dalam rangka maulid Nabi. Selepas subuh adik saya itu sudah bersiap dengan sepedanya,memajang sepedanya itu didepan rumah sambil sesekali membenarkan sesuatu yang ia rasa “kurang pas” dengan seleranya. Pagi baru dimulai dan matahari masih belum begitu terang tapi ia sudah begitu gembira menyambut “harinya” itu. Padahal ketika biasanya saya selalu beradu mulut dengannya agar ia mau beranjak dari tempat tidur dan bersiap berangkat ke sekolah. Tapi pagi ini dia berbeda saya lihat ia penuh suka cita, penuh kegembiraan menyambut hari perayaan ini. Seakan dia tak mau ketinggalan untuk menjadi yang datang paling awal dan dapat barisan yang paling depan. Ketika jam sudah menunjukkan hampir pukul 6 pagi dia sudah siap dengan setelan batiknya dan peci hitam yang biasa dia pakai untuk pergi mengaji. Dari kamar saya mendengar suara riuh anak-anak tetangga yang juga berkumpul bersiap berangkat menuju masjid bersama adik saya. Sesekali saya mendengar suara mereka saling bercanda dan tertawa sambil berkomentar sepeda siapa yang hiasanya paling bagus menurut mereka. Sampai pada satu saat ketika terdengar suara “duuaaarrr” dan mereka pun tertawa yang membuat saya langsung keluar kamar dan bertanya “ada apa??” adik saya pun menjawab sembari tak lepas dari tawanya “itu mbak balon di sepedanya nico meletus” dan sayapun ikut tersenyum bersama mereka. Saat semua personel sudah lengkap mereka pun akhirnya berangkat menuju masjid dengan wajah-wajah ceria tanpa beban seakan hari ini adalah hari special untuk mereka.

                Mengawali hari dengan melihat senyum-senyum indah itu mengingatkan saya pada masa kecil. Saya juga merasakan hal yang sama seperti mereka. Tersenyum dengan hati yang riang gembira menaiki sepeda yang dihias warna-warni berjalan mengelilingi kampung. Riuh penonton dipinggir jalan seakan menjadikan semangat bagi saya waktu itu, tak peduli meski sebenarnya kaki sudah merasa sangat lelah mengayuh sepeda. Apalagi ketika ada penonton yang berkomentar “wah sepedanya bagus” ah..pujian itu berhasil membuat saya tersenyum bangga. Berbicara tentang masa kecil rasanya selalu ada saja kisah-kisah lucu tak habis untuk dibicarakan. Kisah-kisah yang berhasil membingkai tawa namun tak jarang pula dengan derai air mata. Mengingat kisah yang tak akan pernah terulang. Bila mesin waktu itu benar-benar ada rasanya kadang ingin mengulang masa-masa itu. Masa kanak-kanak ketika hidup mereka hanya berisi dunia bermain karena mereka tak dibebani sebuah tanggung jawab, masa-masa dimana hal-hal kecil bisa menjadikan hati riang gembira. 

Saya merasa bersyukur bahwa ketika masa kecil, saya masih merasakan indahnya bermain-main dengan alam. Saya masih merasakan bermain ditengah lumpur sawah untuk mencari keong sawah bersama kakak saya,menangkap capung sampai acara “berburu” buah semangka disawah saat musim panen.


foto jaman TK



 Ada kenangan masa kecil yang sampai sekarang begitu melekat dalam ingatan saya. Kejadian itu terjadi ketika saya masih TK. Melihat kakak saya dan beberapa teman laki-laki nya sangat lihai berenang dan selama itu pula saya hanya berhasil menjadi penonton ketika mereka dengan kelihaiannya itu bermain-main di air dan derasnya arus. Sampai suatu hari ketika saya dan kakak saya mengantarkan ibu mencuci baju di sungai, rasa penasaran saya pun muncul ketika melihat kakak saya asyik berenang-renang ditengah sungai sambil sesekali kepalanya hilang dan muncul diatas permukaan air untuk mengambil nafas. Dengan “sukses” akhirnya anak yang usianya tak lebih dari 7 tahun itupun nyebur ke sungai dan hanyut terbawa arus. Dan dengan sigap kakak saya dengan kepiawaian berenangnya mengejar saya yang semakin lama semakin menjauh terbawa arus sampai akhirnya sayapun selamat. Kenangan lainnya adalah kakak saya selalu menggendong saya dipunggungnya sepulang mengaji karena saya takut gelap dan secara kebetulan jarak rumah dan mushola tempat mengaji harus melewati kebun yang rimbun dan tak ada satu rumah pun kecuali rumah kami. Ketika hampir melewati kebun saya pasti merengek minta gendong dan dalam hitungan ketiga kakak sayapun berlari dengan membawa saya dipunggunya menuju rumah. Itulah sedikit kenangan masa kecil saya bersama “lelaki terhebat” saya. Hingga dua tahun yang lalu kakak saya menikah ada rasa “kehilangan”. Ya “lelaki terhebat” saya itu kini bukan hanya milik keluarga kami saja. Tapi saya juga berbahagia untuknya karena “lelaki terhebat” saya itu kini juga akan menjadi “lelaki terhebat” untuk orang lain. Dan saat ini jarak telah membuat kami terpisah. Tapi ketika kami bertemu dia masih tetap sama seperti yang dulu tak pernah berubah. Selalu jahil bahkan meski sekarang saya sudah berumur 21 tahun ia tak pernah lupa “memaksa” saya untuk mengikhlaskan pipi saya untuk diciumnya ketika dia pulang saat lebaran tiba. Ah..mungkin itulah ungkapan ridunya setelah satu tahun tak jumpa. Bila suatu saat kakak saya membaca tulisan ini saya berharap dia juga akan tersenyum sama seperti saya ketika menulis ini dan satu yang ingin saya katakan “love you my brother…”

inilah penyelamat saya


                                     
                Masa kecil terkadang menoreh sebuah senyum bila mengingatnya. Indah tapi terkadang juga memalukan bila meingat tingkah laku kita yang polos pada saat itu. Ketika masih kecil tak jarang kita menginginkan untuk menjadi dewasa. Kita menganggap dunia orang dewasa itu menyenangkan karena kita bisa melakukan apa saja karena telah di anggap mampu. Ketika masih kecil pikiran kita tentang dunia orang dewasa itu terlalu sederhana. Dan ketika saat ini kita telah memasuki dunia orang dewasa semua itu berubah. Terkadang dunia orang dewasa begitu rumit dan tidak sesederhana seperti yang kita pikirkan dulu ketika masih anak-anak. Dunia orang dewasa itu memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Namun terkadang kita juga harus belajar dari dunia anak-anak. Belajar bagaimana caranya menjadikan hal-hal sederhana segabai sumber kebahagiaan yang mampu menorehkan sebuah senyum…..

Kamis, 16 Januari 2014

Find Your Happiness...




                Kawan pagi ini aku ingin berkisah lagi. Dalam hidup ini setiap orang pasti kenal dengan kata “bahagia” dan setiap orang pasti menginginkan hidup dengan bahagia. Kadang kita berfikir dan bertanya pada diri kita sendiri “apa yang bisa membuatku bahagia?” karena bahagia memiliki makna yang berbeda-beda bagi tiap orang. Makna bahagia bagi seorang seorang anak kecil pastilah berbeda dengan orang dewasa. Mungkin bagi seorang anak kecil ia akan merasa bahagia bila mendapatkan permen gratis tapi bagi orang dewasa mungkin sebuah permen itu tidak akan berarti apa-apa.

                Mungkin beberapa orang berfikir (kebanyakan sih kalo menurut saya) materi bisa membuat seseorang menjadi bahagia. Jabatan, rumah mewah, mobil keren, gadget canggih,uang banyak hal-hal semacam itu tak jarang menjadi tolak ukur sebuah kebahagiaan  sehingga tak jarang orang berlomba-lomba mendapatkan itu. Tapi taukah kalian sejatinya kebahagiaan tak harus selalu barasal dari luar diri kalian semua bisa kita mulai dari hal-hal sederhana yang ada dalam diri kalian sendiri. Contohnya ketika pagi hari bangun tidur bisa membuka mata dan melihat dunia dengan indah bukankah itu adalah sebuah kebahagiaan? Ketika kalian bisa sarapan pagi bersama keluarga, bukankah itu juga sebuah kebahagiaan?. Terkadang kita memang tidak pernah menyadari hal-hal kecil semacam itu sehingga membuat kita lupa bahwa sebenarnya banyak hal yang bisa membuat kita bahagia dari hal-hal yang sederhana.

                Seperti tadi malam saya merasa bahagia ketika saya bisa makan ice cream bersama adik dan ibu saya, duduk di emperan toko makan ice cream dan bercerita tentang banyak hal. Saya juga merasa bahagia ketika saya membaca A-Qur’an dan menutupnya dengan do’a panjang kepada Allah. Saya juga merasa bahagia ketika saya bisa duduk berlama-lama ditoko buku untuk membaca buku-buku favorit saya tanpa harus membelinya. Sering kali dalam pikiran kita ter setting bahwa bahagia adalah hal-hal yang hanya bisa kita dapatkan jika kita memiliki banyak uang bisa beli ini itu sesuai dengan yang kita ingikan atau bisa pergi kemana saja untuk berlibur. Bila kita sedikit cermat untuk berfikir kita bisa membuat hal-hal kecil disekitar kita menjadi sumber kebahagiaan. Bahagia atau tidak itu adalah sebuah pilihan dan kiata sendiri yang menentukan. Yang terpenting adalah jangan pernah menjadikan apa yang dimilki orang lain sebagai tolak ukur kebahagiaan tapi bersyukurlah dengan apa yang kalian milki dan jadikan itu sumber kebahagiaan. Karena yang orang paling berbahagia adalah orang yang selalu bersyukur dengan apa yang dia miliki…..