Rabu, 22 Januari 2014

Hidup Saya Dari Tahu dan Tempe...




Sebelum tidur saya sudah pasang alarm jam 02.55 berharap bisa bangun dan shalat malam. Sesekali alarm itu memang berhasil tapi tak jarang pula saya baru beranjak dari tempat tidur ketika jam 04.00 bertepatan saat adzan subuh. Tapi pagi ini alarm itu berhasil membuat saya bangun sebenarnya ketika alarm itu berbunyi sudah saya matikan dan mata saya berhasil terpejam selama 5 menit tapi tiba- tiba terdengar bunyi “alarm” yang lain yaitu suara ibu saya hehe 

Dalam pikiran saya ada apa ya jam segini ibu bangunin saya?? Dengan segenap kekuatan dan setengah ngantuk akhirnya saya membuka pintu kamar “ada apa bu??” ibu “ayok ikut jualan ke pasar. Mbak eva lagi sakit”. Sebelumnya saya mau cerita dulu nih ibu saya adalah seorang produsen tempe dan tahu jadi setiap hari kerjanya ke pasar jualan dan hari ini mbak eva yang biasa bantuin ibu jualan orangnya lagi sakit jadinya butuh asisten lain yang tak lain dan tak bukan adalah saya. Setelah wudhu dan shalat saya pun siap-siap. Dan jam menunjukkan 03.25 dan akhirnya kami pun berangkat. 

Karena ibu tidak bisa naik motor jadilah saya sekarang yang selalu jadi “sopir” kemanapun ibu pergi. Saat membuka pintu wah…udara dingin sekali tidak ada suara-suara riuh orang-orang beraktivitas seperti ketika matahari telah bersinar terang. Suasana masih gelap bahkan jangkrik masih bernyanyi dengan indah. Dan ketika saya melihat kelangit bahkan bulan dan bintang masih bersinar dengan terang dalam hati saya berkata “Allah saat ini turun ke langit dunia dan saya akan banyak-banyak berdo’a”. Kamipun naik motor berdua menyusuri jalanan yang masih sepi bahkan tak banyak  kendaraan yang berlalu-lalang hanya sesekali saja kami berpapasan dengan kendaraan lain. Rumah-rumah masih tertutup rapat pintu dan jendelanya. Dan dapat dipastikan para penghuninya pasti masih terlelap di bawah selimutnya yang hangat. Ah..begitu nyamanya mereka masih meringkuk diatas tempat tidur yang empuk. Sedangkan kami berdua sudah harus terbangun menembus dinginnya udara pagi untuk mencari sesuap nasi.

Sepanjang perjalanan menuju pasar saya berfikir. Disaat orang-orang masih begitu nyaman berada diatas tempat tidurnya. Disudut rumah kecil kami aktivitas sudah dimulai. Disaat orang-orang masih terbuai indah dalam mimpi-mimpi mereka ibu saya sudah harus bangun untuk menyiapkan barang dagangan yang akan dibawa ke pasar dan semua itu dimulai jam 02.00. Tanpa pernah mengeluh, tanpa pernah mengatakan “saya masih ngantuk dan lelah” ibu saya selalu bangun ketika orang-orang lain masih tidur. Bahkan tak jarang ketika saya bangun ibu saya sudah tidak ada ditempat tidurnya karena sudah berangkat ke pasar. Sepanjang perjalanan sesekali saya menguap dan munculah sebuah kata-kata “saya ngantuk” tapi saya berfikir kembali saya hanya sesekali membantu ibu jualan dan tidak setiap hari rasanya sudah kayak gini harus menahan kantuk dan dinginya udara pagi. Sedangkan ibu saya menjalani ini setiap hari tanpa mengeluh sedikitpun dan ibu menjalani ini selama hampir 20 tahun. Hangatnya selimut dan nyamanya kasur ibu korbankan demi menghidupi keluarga kami. 
 
Ketika sampai dipasar riuh suara para pedagang dan pembeli yang bertransaksi. Jalan-jalan penuh sesak dengan orang-orang ikhtiar menjemput ryzki. Mulai dari pedagang sayur, buah, ayam sampai nasi pecel semua berjajar rapi disepanjang jalan sampai halaman pasar. Ternyata disini ibu saya tidak sendiri. Banyak orang yang juga mengorbankan hangatnya selimut demi sesuap nasi. Dan dimulailah saya dan ibu ikut dalam aktivitas pasar pagi hari itu. Banyaknya pembeli kadang membuat saya sedikit kualahan maklumlah saya masih belum semahir ibu saya yang begitu cepat dalam melayani pembeli. Kebanyakan pembeli itu memang sudah menjadi langganan tetap ibu. Sampai ibu sudah hafal dengan nama-nama mereka dan berapa jumlah tahu dan tempe yang biasa mereka beli bahkan sampai sepeda motornya pun ibu saya hafal.  Karena memang biasanya langganan ibu itu adalah pedagang sayur keliling yang nantinya akan menjual kembali tahu dan tempe yang mereka beli dari ibu saya.

Dalam aktivitas perdagangan pastilah kadang ada pembeli yang menyebalkan. Dan itu yang saya temui kadang ada juga pembeli yang yang menyenangkan dimana mereka mengucapkan “terima kasih” setiap kali selesai dilayani. Ah..pagi ini saya bertemu banyak orang dengan banyak karakter. Dan ibu saya menemui orang-orang itu setiap hari. Sejenak aktivitas terhenti untuk shalat subuh. Sayapun shalat dimusholla pasar dan tak lupa saya berdo’a “semoga Allah melimpahkan ryzki yang barakah pagi ini”. Usai shalat aktivitas berlanjut makin banyak pembeli yang berdatangan hingga tak jarang beberapa dari mereka antri untuk dilayani. Ketika hari sudah mulai terang tak terasa 2 box besar yang awalnya terisi penuh oleh tempe sudah kosong dan timba-timba yang awalnya berisi penuh tahu kini sudah tak bersisa kecuali hanya airnya saja. Dan jam menunjukkan pukul 06.30 semua barang dagangan sudah habis tak bersisa. Dan saat yang paling ditunggu-tunggu pun tiba yaitu menghitung uang yang diperoleh. Alhamdulillah…syukur kepada Allah atas ryzki hari ini.

Dan akhirnya kamipun pulang dengan wajah bahagia karena barang dagangan hari ini habis. Saya benar-benar mengambil banyak pelajaran hari ini bahwa mencari uang itu tidaklah mudah. Saya bersyukur memiliki ibu yang hebat. Begitulah aktivitas yang ibu saya lakukan setiap hari demi kami anak-anaknya. Tidak pernah mengeluh meskipun saya sebenarnya juga tau bahwa ibu saya pasti juga ingin tetap berada ditempat tidur saat orang lain juga tidur. Setiap pagi merasakan dinginya udara pagi demi sesuap nasi. Menahan rasa kantuk demi anak-anaknya agar tetap bisa sekolah. Saya tidak pernah malu mempunyai seorang ibu yang “hanya” penjual tahu dan tempe. Karena memang dari sanalah keluarga kecil kami tetap bertahan hidup sekalipun bapak sudah tidak ada. Karena dari sananalah saya dan kakak saya bisa sama seperti anak-anak yang lain bisa merasakan bangku kuliah. Dari aktivitas pagi itu ketika orang lain terlelap kami terjaga dan ketika orang lain mulai terjaga kami telah kembali kerumah dengan ryzki yang telah Allah berikan….

 
Keluarga penjual tempe hehe..^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar