Pagi
ini ketika saya bangun dan shalat subuh ada sesuatu yang berbeda ketika saya
melihat tempat tidur adik saya. Ya saya melihat dia sudah tidak ada ditempat
ternyamanya itu. Dan saya baru ingat kalau hari ini adalah hari minggu. Sedari sore
kemarin dia sudah sibuk dengan sepedanya untuk di hias dengan kertas kreb. Yah meskipun sebenarnya
tangan jahilnya lebih banyak “ngerecokin” daro pada bantuin menghias sepedanya.
Sesekali dia selalu komentar kurang ini kurang itu atas hasil karya saya dan
ibu. Sampai akhirnya menjelang magrib pun acara hias-menghias sepeda itupun
selesai dengan sukses. Dan sepeda gunung itupun berubah warna dengan warna
hijau muda dan putih lengkap dengan rumbai-rumbai dan balon. Kalau kalian
tinggal dikampung pasti kalian akan tau kenapa sepeda-sepeda itu dihias. Sepeda-sepeda
itu dihias untuk diarak keliling kampung dalam rangka maulid Nabi. Selepas subuh
adik saya itu sudah bersiap dengan sepedanya,memajang sepedanya itu didepan
rumah sambil sesekali membenarkan sesuatu yang ia rasa “kurang pas” dengan
seleranya. Pagi baru dimulai dan matahari masih belum begitu terang tapi ia
sudah begitu gembira menyambut “harinya” itu. Padahal ketika biasanya saya
selalu beradu mulut dengannya agar ia mau beranjak dari tempat tidur dan
bersiap berangkat ke sekolah. Tapi pagi ini dia berbeda saya lihat ia penuh
suka cita, penuh kegembiraan menyambut hari perayaan ini. Seakan dia tak mau
ketinggalan untuk menjadi yang datang paling awal dan dapat barisan yang paling
depan. Ketika jam sudah menunjukkan hampir pukul 6 pagi dia sudah siap dengan
setelan batiknya dan peci hitam yang biasa dia pakai untuk pergi mengaji. Dari kamar
saya mendengar suara riuh anak-anak tetangga yang juga berkumpul bersiap
berangkat menuju masjid bersama adik saya. Sesekali saya mendengar suara mereka
saling bercanda dan tertawa sambil berkomentar sepeda siapa yang hiasanya
paling bagus menurut mereka. Sampai pada satu saat ketika terdengar suara “duuaaarrr”
dan mereka pun tertawa yang membuat saya langsung keluar kamar dan bertanya “ada
apa??” adik saya pun menjawab sembari tak lepas dari tawanya “itu mbak balon di
sepedanya nico meletus” dan sayapun ikut tersenyum bersama mereka. Saat semua
personel sudah lengkap mereka pun akhirnya berangkat menuju masjid dengan
wajah-wajah ceria tanpa beban seakan hari ini adalah hari special untuk mereka.
Mengawali
hari dengan melihat senyum-senyum indah itu mengingatkan saya pada masa kecil. Saya
juga merasakan hal yang sama seperti mereka. Tersenyum dengan hati yang riang
gembira menaiki sepeda yang dihias warna-warni berjalan mengelilingi kampung. Riuh
penonton dipinggir jalan seakan menjadikan semangat bagi saya waktu itu, tak
peduli meski sebenarnya kaki sudah merasa sangat lelah mengayuh sepeda. Apalagi
ketika ada penonton yang berkomentar “wah sepedanya bagus” ah..pujian itu
berhasil membuat saya tersenyum bangga. Berbicara tentang masa kecil rasanya
selalu ada saja kisah-kisah lucu tak habis untuk dibicarakan. Kisah-kisah yang
berhasil membingkai tawa namun tak jarang pula dengan derai air mata. Mengingat
kisah yang tak akan pernah terulang. Bila mesin waktu itu benar-benar ada rasanya
kadang ingin mengulang masa-masa itu. Masa kanak-kanak ketika hidup mereka
hanya berisi dunia bermain karena mereka tak dibebani sebuah tanggung jawab,
masa-masa dimana hal-hal kecil bisa menjadikan hati riang gembira.
Saya merasa bersyukur
bahwa ketika masa kecil, saya masih merasakan indahnya bermain-main dengan
alam. Saya masih merasakan bermain ditengah lumpur sawah untuk mencari keong
sawah bersama kakak saya,menangkap capung sampai acara “berburu” buah semangka
disawah saat musim panen.
|
foto jaman TK |
Ada kenangan masa kecil yang sampai sekarang
begitu melekat dalam ingatan saya. Kejadian itu terjadi ketika saya masih TK. Melihat
kakak saya dan beberapa teman laki-laki nya sangat lihai berenang dan selama
itu pula saya hanya berhasil menjadi penonton ketika mereka dengan kelihaiannya
itu bermain-main di air dan derasnya arus. Sampai suatu hari ketika saya dan
kakak saya mengantarkan ibu mencuci baju di sungai, rasa penasaran saya pun
muncul ketika melihat kakak saya asyik berenang-renang ditengah sungai sambil
sesekali kepalanya hilang dan muncul diatas permukaan air untuk mengambil
nafas. Dengan “sukses” akhirnya anak yang usianya tak lebih dari 7 tahun itupun
nyebur ke sungai dan hanyut terbawa arus. Dan dengan sigap kakak saya dengan
kepiawaian berenangnya mengejar saya yang semakin lama semakin menjauh terbawa
arus sampai akhirnya sayapun selamat. Kenangan lainnya adalah kakak saya selalu
menggendong saya dipunggungnya sepulang mengaji karena saya takut gelap dan
secara kebetulan jarak rumah dan mushola tempat mengaji harus melewati kebun
yang rimbun dan tak ada satu rumah pun kecuali rumah kami. Ketika hampir melewati
kebun saya pasti merengek minta gendong dan dalam hitungan ketiga kakak sayapun
berlari dengan membawa saya dipunggunya menuju rumah. Itulah sedikit kenangan
masa kecil saya bersama “lelaki terhebat” saya. Hingga dua tahun yang lalu
kakak saya menikah ada rasa “kehilangan”. Ya “lelaki terhebat” saya itu kini
bukan hanya milik keluarga kami saja. Tapi saya juga berbahagia untuknya karena
“lelaki terhebat” saya itu kini juga akan menjadi “lelaki terhebat” untuk orang
lain. Dan saat ini jarak telah membuat kami terpisah. Tapi ketika kami bertemu
dia masih tetap sama seperti yang dulu tak pernah berubah. Selalu jahil bahkan
meski sekarang saya sudah berumur 21 tahun ia tak pernah lupa “memaksa” saya
untuk mengikhlaskan pipi saya untuk diciumnya ketika dia pulang saat lebaran
tiba. Ah..mungkin itulah ungkapan ridunya setelah satu tahun tak jumpa. Bila suatu
saat kakak saya membaca tulisan ini saya berharap dia juga akan tersenyum sama
seperti saya ketika menulis ini dan satu yang ingin saya katakan “love you my
brother…”
|
inilah penyelamat saya |
Masa
kecil terkadang menoreh sebuah senyum bila mengingatnya. Indah tapi terkadang
juga memalukan bila meingat tingkah laku kita yang polos pada saat itu. Ketika masih
kecil tak jarang kita menginginkan untuk menjadi dewasa. Kita menganggap dunia
orang dewasa itu menyenangkan karena kita bisa melakukan apa saja karena telah
di anggap mampu. Ketika masih kecil pikiran kita tentang dunia orang dewasa itu
terlalu sederhana. Dan ketika saat ini kita telah memasuki dunia orang dewasa
semua itu berubah. Terkadang dunia orang dewasa begitu rumit dan tidak sesederhana
seperti yang kita pikirkan dulu ketika masih anak-anak. Dunia orang dewasa itu
memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Namun terkadang kita juga harus
belajar dari dunia anak-anak. Belajar bagaimana caranya menjadikan hal-hal
sederhana segabai sumber kebahagiaan yang mampu menorehkan sebuah senyum…..
wah Mi.. yg di pajang mbok ya foto smpean berdua, klo foto mase smpean lagi dwean, bisa tergila-gila yg baca ini.. ha ha ha
BalasHapushehe...foto q yang berdua ama mas q ada di hp yang dulu wi...dan card rider q juga lagi rusak..-__-
BalasHapus