Minggu, 19 Januari 2014

Bagaimana dengan masa kecilmu..??





               
                Pagi ini ketika saya bangun dan shalat subuh ada sesuatu yang berbeda ketika saya melihat tempat tidur adik saya. Ya saya melihat dia sudah tidak ada ditempat ternyamanya itu. Dan saya baru ingat kalau hari ini adalah hari minggu. Sedari sore kemarin dia sudah sibuk dengan sepedanya untuk di hias  dengan kertas kreb. Yah meskipun sebenarnya tangan jahilnya lebih banyak “ngerecokin” daro pada bantuin menghias sepedanya. Sesekali dia selalu komentar kurang ini kurang itu atas hasil karya saya dan ibu. Sampai akhirnya menjelang magrib pun acara hias-menghias sepeda itupun selesai dengan sukses. Dan sepeda gunung itupun berubah warna dengan warna hijau muda dan putih lengkap dengan rumbai-rumbai dan balon. Kalau kalian tinggal dikampung pasti kalian akan tau kenapa sepeda-sepeda itu dihias. Sepeda-sepeda itu dihias untuk diarak keliling kampung dalam rangka maulid Nabi. Selepas subuh adik saya itu sudah bersiap dengan sepedanya,memajang sepedanya itu didepan rumah sambil sesekali membenarkan sesuatu yang ia rasa “kurang pas” dengan seleranya. Pagi baru dimulai dan matahari masih belum begitu terang tapi ia sudah begitu gembira menyambut “harinya” itu. Padahal ketika biasanya saya selalu beradu mulut dengannya agar ia mau beranjak dari tempat tidur dan bersiap berangkat ke sekolah. Tapi pagi ini dia berbeda saya lihat ia penuh suka cita, penuh kegembiraan menyambut hari perayaan ini. Seakan dia tak mau ketinggalan untuk menjadi yang datang paling awal dan dapat barisan yang paling depan. Ketika jam sudah menunjukkan hampir pukul 6 pagi dia sudah siap dengan setelan batiknya dan peci hitam yang biasa dia pakai untuk pergi mengaji. Dari kamar saya mendengar suara riuh anak-anak tetangga yang juga berkumpul bersiap berangkat menuju masjid bersama adik saya. Sesekali saya mendengar suara mereka saling bercanda dan tertawa sambil berkomentar sepeda siapa yang hiasanya paling bagus menurut mereka. Sampai pada satu saat ketika terdengar suara “duuaaarrr” dan mereka pun tertawa yang membuat saya langsung keluar kamar dan bertanya “ada apa??” adik saya pun menjawab sembari tak lepas dari tawanya “itu mbak balon di sepedanya nico meletus” dan sayapun ikut tersenyum bersama mereka. Saat semua personel sudah lengkap mereka pun akhirnya berangkat menuju masjid dengan wajah-wajah ceria tanpa beban seakan hari ini adalah hari special untuk mereka.

                Mengawali hari dengan melihat senyum-senyum indah itu mengingatkan saya pada masa kecil. Saya juga merasakan hal yang sama seperti mereka. Tersenyum dengan hati yang riang gembira menaiki sepeda yang dihias warna-warni berjalan mengelilingi kampung. Riuh penonton dipinggir jalan seakan menjadikan semangat bagi saya waktu itu, tak peduli meski sebenarnya kaki sudah merasa sangat lelah mengayuh sepeda. Apalagi ketika ada penonton yang berkomentar “wah sepedanya bagus” ah..pujian itu berhasil membuat saya tersenyum bangga. Berbicara tentang masa kecil rasanya selalu ada saja kisah-kisah lucu tak habis untuk dibicarakan. Kisah-kisah yang berhasil membingkai tawa namun tak jarang pula dengan derai air mata. Mengingat kisah yang tak akan pernah terulang. Bila mesin waktu itu benar-benar ada rasanya kadang ingin mengulang masa-masa itu. Masa kanak-kanak ketika hidup mereka hanya berisi dunia bermain karena mereka tak dibebani sebuah tanggung jawab, masa-masa dimana hal-hal kecil bisa menjadikan hati riang gembira. 

Saya merasa bersyukur bahwa ketika masa kecil, saya masih merasakan indahnya bermain-main dengan alam. Saya masih merasakan bermain ditengah lumpur sawah untuk mencari keong sawah bersama kakak saya,menangkap capung sampai acara “berburu” buah semangka disawah saat musim panen.


foto jaman TK



 Ada kenangan masa kecil yang sampai sekarang begitu melekat dalam ingatan saya. Kejadian itu terjadi ketika saya masih TK. Melihat kakak saya dan beberapa teman laki-laki nya sangat lihai berenang dan selama itu pula saya hanya berhasil menjadi penonton ketika mereka dengan kelihaiannya itu bermain-main di air dan derasnya arus. Sampai suatu hari ketika saya dan kakak saya mengantarkan ibu mencuci baju di sungai, rasa penasaran saya pun muncul ketika melihat kakak saya asyik berenang-renang ditengah sungai sambil sesekali kepalanya hilang dan muncul diatas permukaan air untuk mengambil nafas. Dengan “sukses” akhirnya anak yang usianya tak lebih dari 7 tahun itupun nyebur ke sungai dan hanyut terbawa arus. Dan dengan sigap kakak saya dengan kepiawaian berenangnya mengejar saya yang semakin lama semakin menjauh terbawa arus sampai akhirnya sayapun selamat. Kenangan lainnya adalah kakak saya selalu menggendong saya dipunggungnya sepulang mengaji karena saya takut gelap dan secara kebetulan jarak rumah dan mushola tempat mengaji harus melewati kebun yang rimbun dan tak ada satu rumah pun kecuali rumah kami. Ketika hampir melewati kebun saya pasti merengek minta gendong dan dalam hitungan ketiga kakak sayapun berlari dengan membawa saya dipunggunya menuju rumah. Itulah sedikit kenangan masa kecil saya bersama “lelaki terhebat” saya. Hingga dua tahun yang lalu kakak saya menikah ada rasa “kehilangan”. Ya “lelaki terhebat” saya itu kini bukan hanya milik keluarga kami saja. Tapi saya juga berbahagia untuknya karena “lelaki terhebat” saya itu kini juga akan menjadi “lelaki terhebat” untuk orang lain. Dan saat ini jarak telah membuat kami terpisah. Tapi ketika kami bertemu dia masih tetap sama seperti yang dulu tak pernah berubah. Selalu jahil bahkan meski sekarang saya sudah berumur 21 tahun ia tak pernah lupa “memaksa” saya untuk mengikhlaskan pipi saya untuk diciumnya ketika dia pulang saat lebaran tiba. Ah..mungkin itulah ungkapan ridunya setelah satu tahun tak jumpa. Bila suatu saat kakak saya membaca tulisan ini saya berharap dia juga akan tersenyum sama seperti saya ketika menulis ini dan satu yang ingin saya katakan “love you my brother…”

inilah penyelamat saya


                                     
                Masa kecil terkadang menoreh sebuah senyum bila mengingatnya. Indah tapi terkadang juga memalukan bila meingat tingkah laku kita yang polos pada saat itu. Ketika masih kecil tak jarang kita menginginkan untuk menjadi dewasa. Kita menganggap dunia orang dewasa itu menyenangkan karena kita bisa melakukan apa saja karena telah di anggap mampu. Ketika masih kecil pikiran kita tentang dunia orang dewasa itu terlalu sederhana. Dan ketika saat ini kita telah memasuki dunia orang dewasa semua itu berubah. Terkadang dunia orang dewasa begitu rumit dan tidak sesederhana seperti yang kita pikirkan dulu ketika masih anak-anak. Dunia orang dewasa itu memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Namun terkadang kita juga harus belajar dari dunia anak-anak. Belajar bagaimana caranya menjadikan hal-hal sederhana segabai sumber kebahagiaan yang mampu menorehkan sebuah senyum…..

2 komentar:

  1. wah Mi.. yg di pajang mbok ya foto smpean berdua, klo foto mase smpean lagi dwean, bisa tergila-gila yg baca ini.. ha ha ha

    BalasHapus
  2. hehe...foto q yang berdua ama mas q ada di hp yang dulu wi...dan card rider q juga lagi rusak..-__-

    BalasHapus