Sabtu, 11 Januari 2014

Sebuah "Pilihan"



Hai..Hai kawan saya kembali. Kemarin malam sempat baca tulisan seseorang yang nulis #Curhatan sesat saya kira tulisan itu mengajak kepada sesuatu yang buruk tapi ternyata eh ternyata bukan saudara-saudara. Tulisan itu lebih berkisah tentang “salah jurusan” .  Ngomongin jurusan nih ya membuat saya juga jadi galau. kenapa?? Karena saya juga merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan teman saya itu sekalipun saya jarang mengungkapkan hal ini ke pada public hahaha. Oke baiklah kali ini saya akan berkisah tentang jurusan yang saya pilih saat saya kuliah. Sebenarnya sih uda basi ngomongin ini karena saya udah lulus kuliah tapi tak apalah mungkin saja ini bisa jadi pelajaran untuk yang lain terutama untuk para adek-adek yang masih SMA yang sebentar lagi mau milih tempat kuliah.

Cerita pertama diawali saat tahun 2010 ketika masa-masa indah itu berakhir (baca masa SMA) semua teman-teman pasti pada bingung dong mau kuliah dimana??jurusan apa??. Pastinya semua pengenya masuk perguruan tinggi negeri dan jurusan yang keren-keren kayak tehnik ato kedokteran. Saat itu saya tidak tau apa yang ada dalam otak saya entah eror atau bagaimana saya tidak tau, yang ada dalam pikiran saat itu adalah “saya ingin masuk pesantren habis lulus SMA atau jadi guru” bagaimana pendapat anda tentang pikiran saya ini??. Namun apa yang ada dalam otak saya itu tak sejalan dengan kenyataan yang ada. Ketika saya mengutaran keinginan itu pada orang tua pastilah jawabanya sudah bisa ditebak “NGGAK BOLEH” itu kata-kata yang saya terima dan pupuslah sudah cita-cita saya. Tapi semua tak berakhir sampai disini sebagai anak yang selama ini “lurus-lurus” saja mau gak mau saya nurut ajalah biar selamat.

Semenjak itu saya ikuti saja apa kata orang tua saya. Okelah saya mau kuliah dan orang tua saya sangat ingin saya menjadi tenaga kesehatan. Sampai pada akhirnya nama saya tercantum sebagai salah satu mahasiswa D3 kebidanan disalah satu Akbid Negeri. Orang tua saya senang sekali mendengar kabar ini tapi saya?? Biasa saja. Dengan tanpa mengurangi rasa syukur saya bilang sama orang tua “saya nggak mau masuk ke kampus itu” dan jawabanya adalah “milih masuk kampus itu atau nggak kuliah???” oh..itu sangat-sangat menyakitkan. Masih ingat banget sampe nangis-nangis pas ngomongin itu.

Dan masa-masa “sulit” pun dimulai kawan-kawan. Saya sebagai anak yang “patuh” sama orang tua akhirnya saya pun memulai kehidupan saya sebagai mahasiswa baru dengan segala enak gak enaknya. Dimulai dari kehidupan asrama, kakak kelas yang kadang-kadang “sesukanya sendiri”. Meski kadang saya suka nangis sendiri pas ga ada orang karena semua yang saya rasakan. Tapi saya selalu berusaha terlihat riang gembira menjalani ini semua. Semester 1 terlewati,semester 2 terlewati…kembali hati saya protes. Muncullah kata-kata indah  “Saya mau berhenti kuliah” dan berbagai macam nasehat saya terima mulai dari bidan itu pekerjaan mulia sampai kalau gak kuliah mau jadi apa?? Dan memasuki semester 5 niat itu muncul lagi gara-gara saya dapat pembimbing KTI yang susah diajak kompromi. Tapi mikir-mikir lagi uda terlanjur basah lanjut ajalah meski itu terasa sangat-sangat berat. Dan sesuai dengan deadline akhirnya  saya lulus tepat waktu iya TEPAT WAKTU karena saya tanamkan dalam otak saya bahwa saya tak mau berada disina lebih lama lagi.

Sekalipun saya sudah mampu menyelesaikan “PR” orang tua saya tapi masih ada “PR” lagi. Semua orang pasti uda pada tau kalo habis nerima ijazah pasti yang ditanyain adalah “mau kerja dimana??” sebuah pertanyaan klasik. Okelah lagi-lagi saya jadi anak yang penurut kawan-kawan. Saya pun mencoba melamar kerja dan saya diterima dan mulailah hati saya gundah. Dan ternyata benar saya hanya mampu bertahan bekerja selama 4 hari hahahaha gila memang saya. Teman-teman yang baru lulus sedang pusing nyari tempat kerja nah saya yang uda diterima malah berhenti. Dan saya berhenti kerja itu tanpa sepengetahuan orang tua saya meski pada akhirnya mereka tau juga dan lagi-lagi komentar-komentar dari sekitar saya terima. Tapi tak apalah yang penting saya tidak merasa memiliki beban lagi. Dan saya merasa bahagia karena saya telah berani mengambil sebuah keputusan sesuai dengan apa kata hati saya. Sungguh-sungguh saya minta maaf kepada pihak-pihak yang merasa tersakiti atas pilihan saya ini tapi inilah saya. Saya juga punya sebuah pilihan dalam hidup saya.

Belajar lagi dari pengalaman bahwa menjalani apa yang tidak kita sukai itu adalah hal yang sulit. Dalam hidup memang kadang kala kita harus berani melawan arus dan berani mengutarakan apa yang menjadi pilihan kita. Saat kita telah terjebak pada pilihan-pilihan yang sulit sebisa mungkin tetap pegang teguh apa yang menjadi cita-cita sekalipun butuh sedikit perjuangan untuk memperthankan itu. Apa yang menjadi cita-citamu maka perjuangkanlah jangan hanya “nurut aja biar aman” . Disaat seperti ini saya mulai berfikir kembali sebenarnya apa yang benar-benar saya inginkan??  Seperti sebuah tulisan karya Andy Noya yang pernah saya baca mungkin saya masih belum menemukan “lentera jiwa”. Apa itu “lentera jiwa” tunggu postingan selanjutnya……^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar